Rabu, 10 Desember 2014

Jalan Plus+Plus Part 1




Sira, 23 Oktober-15 November 2014
Oleh: Ian
Blog: Pecintakonservasi.wordpress.com

Kalau Anda Ingin jalan-jalan tanpa mengeluarkan uang, pilihlah pekerjaan yang lokasinya di tempat-tempat yang belum pernah anda kunjungi dan ambilah pekerjaan itu. Salah satu syaratnya kalian harus tetap bertanggung jawab pada pekerjaan itu. Perjalanan saya kali ini yaitu Sorong Selatan. “Kayaknya memang keren dengar judulnya saja sudah dahsyat”. Jalan-jalan plus kerja maksudnya, heheheheh. Tapi, kedahsyatan itu belum sampai disitu saja. Masih banyak lagi yang perlu dituliskan. Tunggu saja “nanti bagus” (istilah anak-anak Pondok, hahaahahhaa) dan pekerjaan itu saya terima dari salah satu perkumpulan namanya BENTARA PAPUA. 
Perjalanan dimulai dari penerbangan Manokwari – Sorong, setelah tiba kami langsung melanjutkan perjalanan ke Sorong Selatan menggunakan transportasi darat. Sebenarnya akses ke Sorong Selatan dapat menggunakan pesawat Susi Air dengan harga tiket Rp. 240.000,-/org + airpot tax Rp 8.000 yah totalnya Rp 250.000 (Rp. 2000-nya beli enceran rokok lumayan, hehehehe). Harga itu sama sih dibandingkan dengan ongkos naik mobil, cuma bedanya kita tidak terbuang banyak waktu (untuk kelas bisnis dan pemerintah yang kejar waktu) tetapi untuk para orang yang menyukai pemandangan seperti saya sarannya
waktu pergi naik mobil pulangnya naik pesawat (asliiiii…..itu solusi terbaik hahahaha). Namun sayang sekali jadwal pesawatnya cuma tersedia untuk hari Kamis, Jumat dan Sabtu jadi untuk yang mau terbang ke Sorong dari Sorong Selatan harap bisa menargetkan jadwal pulangnya yahhh.

 Saya tidak sendiri, saya bersama team beranggotakan 3 orang (kelihatannya seperti kerja betulan, nggak main-main hehehe) diantaranya Yanuarius, kakak Melkias Sanyar, dan kakak Herimiel Ambarauw. Banyak hal yang terjadi, dipalang oleh mayarakat maupun mobil yang kami tumpangi mengalami kerusakan pada klakson mobil, barang bawaan kami diperiksa oleh polisi. Selain itu jalan raya yang kami lintasi dinilai kurang layak untuk dilintasi. Namun semua itu terbayarkan oleh pemandangan yang sangat menarik, gunung-gunung berkarang yang menjulang dan juga aliran sungai yang indah dan tanpa terasa kamipun tiba di sorong selatan. Di sorong selatan saya dikejutkan dengan jalan dalam kotanya yang masih luput dari perhatian pemerintah. Lubang-lubang jalan yang masih banyak dan juga pengaspalan jalan yang tidak merata menjadi perhatian saya. Perjalanan dilanjutkan menuju kampung Sira.
            Perjalanan tersebut kami tempuh dengan menggunakan jalur darat yakni menggunakan mobil APV dengan biaya perjalanan sebesar Rp 100.000,-. Perjalanan tersebut kami tempuh selama 1 jam perjalanan. Kampung Sira merupakan kampung pemekaran dari kampung Mangrohollo (katanya para tokoh adat sih). Terlepasnya kampung Sira terjadi pada tahun 2009. Beberapa masyarakat yang menjadi korban kerusuhan di Kampung Mangroholo kemudian mengungsikan diri dan membuat kampung baru yang dinamakan kampung Sira. Sira sendiri mampunyai arti “membersihkan” dan Kampung tersebut berada sekitar 300 m dari kampung Mangrohollo. Sedangkan nama Mangrohollo sendiri di ambil dari nama sebuah pohon yang banyak terdapat di kampung tersebut. Tapi cerita tentang kampung itu belum selesai, makanan sehari-hari kampung tersebut adalah coba tebak? Teeeetttttt waktu habis, jawabannya yaitu makanan favorit saya Papeda!! Papeda itu merupakan jenis makanan yang teksturnya lembek dan kenyal-kenyal gitu. Bayangkan keseharian mereka setiap harinya adalah totok sagu (istilah orang papua buat aktifitas mendapatkan bahan dasar papeda tadi), sayangnya saya tidak sempat ikut mama-mama (sebutan masyarakat untuk ibu-ibu tangguh orang Papua) itu untuk ikut sama-sama. Yah tapi setidaknya bisa nikmati lah!  Yang belum coba silahkan ke kampung itu#www.promosi.com 
Kampung Sira

Tuguh Pendaratan Injil Kampung Manggroholo

Cukup dulu ya cerita tentang mama-mama tadi dan sekarang saatnya untuk menuliskan yang serius. Kegiatan instalasi air bersih dimulai dengan kegiatan survey mata air di kampung Sira dan ditemani oleh masyarakat. Mata air itu telah dibangun oleh program masyarakat melalui program PNPM Mandiri sebelumnya. Selain itu kami juga mencari barbagai informasi awal mengenai situasi kampung maupun berbagai mata air yang memungkinkan dijadikan sebagai sumber air untuk dialirkan menuju kampung Sira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar