Sira,
23 Oktober-15 November 2014
Oleh: Ian
Email: iansyah91@gmail.com
Blog: Pecintakonservasi.wordpress.com
Kalau Anda Ingin jalan-jalan tanpa
mengeluarkan uang, pilihlah pekerjaan yang lokasinya di tempat-tempat yang
belum pernah anda kunjungi dan ambilah pekerjaan itu. Salah satu syaratnya
kalian harus tetap bertanggung jawab pada pekerjaan itu. Perjalanan saya kali
ini yaitu Sorong Selatan. “Kayaknya memang keren dengar judulnya saja sudah
dahsyat”. Jalan-jalan plus kerja maksudnya, heheheheh. Tapi, kedahsyatan itu
belum sampai disitu saja. Masih banyak lagi yang perlu dituliskan. Tunggu saja
“nanti bagus” (istilah anak-anak Pondok, hahaahahhaa) dan pekerjaan itu saya
terima dari salah satu perkumpulan namanya BENTARA PAPUA.
Perjalanan dimulai dari penerbangan Manokwari
– Sorong, setelah tiba kami langsung melanjutkan perjalanan ke Sorong Selatan
menggunakan transportasi darat. Sebenarnya akses ke Sorong Selatan dapat menggunakan
pesawat Susi Air dengan harga tiket Rp. 240.000,-/org + airpot tax Rp 8.000 yah
totalnya Rp 250.000 (Rp. 2000-nya beli enceran rokok lumayan, hehehehe). Harga itu
sama sih dibandingkan dengan ongkos naik mobil, cuma bedanya kita tidak
terbuang banyak waktu (untuk kelas bisnis dan pemerintah yang kejar waktu)
tetapi untuk para orang yang menyukai pemandangan seperti saya sarannya
waktu pergi naik mobil pulangnya naik pesawat (asliiiii…..itu solusi terbaik hahahaha). Namun sayang sekali jadwal pesawatnya cuma tersedia untuk hari Kamis, Jumat dan Sabtu jadi untuk yang mau terbang ke Sorong dari Sorong Selatan harap bisa menargetkan jadwal pulangnya yahhh.
waktu pergi naik mobil pulangnya naik pesawat (asliiiii…..itu solusi terbaik hahahaha). Namun sayang sekali jadwal pesawatnya cuma tersedia untuk hari Kamis, Jumat dan Sabtu jadi untuk yang mau terbang ke Sorong dari Sorong Selatan harap bisa menargetkan jadwal pulangnya yahhh.
Saya tidak sendiri, saya bersama team beranggotakan
3 orang (kelihatannya seperti kerja betulan, nggak main-main hehehe) diantaranya
Yanuarius, kakak Melkias Sanyar, dan kakak Herimiel Ambarauw. Banyak hal yang
terjadi, dipalang oleh mayarakat maupun mobil yang kami tumpangi mengalami
kerusakan pada klakson mobil, barang bawaan kami diperiksa oleh polisi. Selain
itu jalan raya yang kami lintasi dinilai kurang layak untuk dilintasi. Namun
semua itu terbayarkan oleh pemandangan yang sangat menarik, gunung-gunung
berkarang yang menjulang dan juga aliran sungai yang indah dan tanpa terasa
kamipun tiba di sorong selatan. Di sorong selatan saya dikejutkan dengan jalan
dalam kotanya yang masih luput dari perhatian pemerintah. Lubang-lubang jalan
yang masih banyak dan juga pengaspalan jalan yang tidak merata menjadi perhatian
saya. Perjalanan dilanjutkan menuju kampung Sira.
Perjalanan
tersebut kami tempuh dengan menggunakan jalur darat yakni menggunakan mobil APV
dengan biaya perjalanan sebesar Rp 100.000,-. Perjalanan tersebut kami tempuh
selama 1 jam perjalanan. Kampung Sira merupakan kampung pemekaran dari kampung
Mangrohollo (katanya para tokoh adat sih). Terlepasnya kampung Sira terjadi
pada tahun 2009. Beberapa masyarakat yang menjadi korban kerusuhan di Kampung Mangroholo
kemudian mengungsikan diri dan membuat kampung baru yang dinamakan kampung
Sira. Sira sendiri mampunyai arti “membersihkan” dan Kampung tersebut berada
sekitar 300 m dari kampung Mangrohollo. Sedangkan nama Mangrohollo sendiri di
ambil dari nama sebuah pohon yang banyak terdapat di kampung tersebut. Tapi
cerita tentang kampung itu belum selesai, makanan sehari-hari kampung tersebut
adalah coba tebak? Teeeetttttt waktu habis, jawabannya yaitu makanan favorit
saya Papeda!! Papeda itu merupakan jenis makanan yang teksturnya lembek dan
kenyal-kenyal gitu. Bayangkan keseharian mereka setiap harinya adalah totok
sagu (istilah orang papua buat aktifitas mendapatkan bahan dasar papeda tadi),
sayangnya saya tidak sempat ikut mama-mama (sebutan masyarakat untuk ibu-ibu
tangguh orang Papua) itu untuk ikut sama-sama. Yah tapi setidaknya bisa nikmati
lah! Yang belum coba silahkan ke kampung
itu#www.promosi.com
Kampung Sira |
Tuguh Pendaratan Injil Kampung Manggroholo |
Cukup dulu ya cerita tentang mama-mama
tadi dan sekarang saatnya untuk menuliskan yang serius. Kegiatan instalasi air
bersih dimulai dengan kegiatan survey mata air di kampung Sira dan ditemani
oleh masyarakat. Mata air itu telah dibangun oleh program masyarakat melalui
program PNPM Mandiri sebelumnya. Selain itu kami juga mencari barbagai
informasi awal mengenai situasi kampung maupun berbagai mata air yang
memungkinkan dijadikan sebagai sumber air untuk dialirkan menuju kampung Sira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar