Senin, 25 November 2013

Panen Kangkung di Kampung Sira


Senja petang ini begitu memikau. Memang, senja dalam beberapa waktu terakhir di Kampung Sira selalu memikau. Warna keemasaanya memancar dari ufuk barat mengiringi langkah saya dan Melki menuju posko tempat tinggal kami di Kampung ini. Masing-masing kami  menenteng sebuah kantong plastic berukuran besar berisi kangkung. Langit yang cerah karena baru saja usai hujan menambah suasana soreh lebih berwarna dan hati kami pun sangat berwarna melangkah menuju rumah meski jalan menanjak, kami begitu bersemangat berkat tentengan kantong plastik kami yang penuh sesak .

Rabu, 06 November 2013

Dua Enampuluh Kain untuk Harga Mas kawin Seorang Gadis



Sore ini (28/09/13; pukul 3 sore), saya bersama Melki; seorang rekan kerja, berkesempatan untuk menyaksikan betapa berharganya seorang perempuan. Banyak hal yang dapat dilakukan orang untuk menunjukkan “harga” seorang perempuan, salah satunya yang dikenal seantero daratan Papua adalah Mas Kawin. Tidak hanya di Papua, di berbagai suku dan bangsa lainnya perkara mas kawin sudah mendarah daging sejak nenek moyang. Itulah yang kami saksikan soreh hari ini. Pembayaran mas kawin dari keluarga seorang laki-laki kepada keluarga seorang perempuan. Pembayaran mas kawin berdasarkan kebiasaan suku Kna di linggkungan adat Seremuk, kabupaten Sorong Selatan.
Adalah Kampung Kwowok di daerah distrik Saifi, kampung dimana berlangsungnya pembayaran mas kawin ini berlangsung. Kerumunan warga di halaman sebuah rumah panggung yang terbuat dari papan kayu tampak di di ujung kampung. Mereka sedang menghimpun “harta” sebagai maskawin. Harta tersebut berupa kain. Beberapa  jenis kain dilipat rapi kemudian disusun di depan halaman rumah dan dihitung jumlah dan jenisnya. Jenis kain didominasi oleh kain tenun yang berasal dari Batak maupun Timor.