Minggu, 14 Desember 2014

Ikan Paus Pembawa Berkat



Oleh: Melkias Sanyar
Banyak orang berhanggapan bahwa Jika ada ikan paus yang melintasi atau terdampar di pinggir pantai maka tertanda bahwa  ada sesuatu yang akan terjadi  yaitu terkait hal buruk seperti gempa bumi/tsunami.
Cerita saya kali ini  yaitu bertemu ikan paus yang terdampar di pantai pulau Owi.
Pada bulan Desember 2013 baru-baru ini, saya berangkat dari Manokwari ke Pulau Owi (Biak).  Setelah saya tiba di pulau Owi dan lewat beberapa hari kemudian, saya mendengar dari beberapa anak kecil (adik-adik) yang selalu bermain ke rumah saya. Mereka menceritakan seekor ikan  paus yang mati dan terdampar di ujung pulau Owi. Lalu dengan kaget saya kembali Bertanya kepada mereka ” apakah ikan pausnya masih ada?” lalu mereka menjawab “ ia dia masih ada namun pasti sudah hancur karena dia mati dan terdampat di pulau Owi sejak bulan November hingga saat ini”. Keesokan harinya saya bersama tiga saudara saya, berjalan ke ujung pulau tempat dimana ikan ikan paus tersebut terdampar. Sesampai disana, saya melihat ternyata ikan pausnya sudah membusuk dan perlahan hancur mulai dari kepala hingga ekornya dan tulang-tulang belakang mulai berceceran. Kami tidak sanggup untuk memdekati tempat dimana ikan paus tersebut tinggal karena bauhnya yang sangat tanjam, saudara-saudara yang mengantarku kesana hampir muntah karena bauh busuk dari ikan paus tersebut. Karena  rasa penasaran saya  nekat untuk mendekati ikan paus tersebut dengan mengunakan kain menutupi hindung.

Rabu, 10 Desember 2014

Jalan Plus+Plus Part 1




Sira, 23 Oktober-15 November 2014
Oleh: Ian
Blog: Pecintakonservasi.wordpress.com

Kalau Anda Ingin jalan-jalan tanpa mengeluarkan uang, pilihlah pekerjaan yang lokasinya di tempat-tempat yang belum pernah anda kunjungi dan ambilah pekerjaan itu. Salah satu syaratnya kalian harus tetap bertanggung jawab pada pekerjaan itu. Perjalanan saya kali ini yaitu Sorong Selatan. “Kayaknya memang keren dengar judulnya saja sudah dahsyat”. Jalan-jalan plus kerja maksudnya, heheheheh. Tapi, kedahsyatan itu belum sampai disitu saja. Masih banyak lagi yang perlu dituliskan. Tunggu saja “nanti bagus” (istilah anak-anak Pondok, hahaahahhaa) dan pekerjaan itu saya terima dari salah satu perkumpulan namanya BENTARA PAPUA. 
Perjalanan dimulai dari penerbangan Manokwari – Sorong, setelah tiba kami langsung melanjutkan perjalanan ke Sorong Selatan menggunakan transportasi darat. Sebenarnya akses ke Sorong Selatan dapat menggunakan pesawat Susi Air dengan harga tiket Rp. 240.000,-/org + airpot tax Rp 8.000 yah totalnya Rp 250.000 (Rp. 2000-nya beli enceran rokok lumayan, hehehehe). Harga itu sama sih dibandingkan dengan ongkos naik mobil, cuma bedanya kita tidak terbuang banyak waktu (untuk kelas bisnis dan pemerintah yang kejar waktu) tetapi untuk para orang yang menyukai pemandangan seperti saya sarannya

Menjadi Orang Tua Asuh Penyu



Perjalanan Manokwari  menuju kepulauan Kabupaten Tambrau (Jamursba Medi) tanggal 7- juni. 2014
Saya harus bangun pagi-pagi jam 5:00 alias masih mengantuk,muka masih pemalas saya harus sarapan setelah sarapan saya harus bergegas menuju pelabuhan perikanan ikan (PPI) Sanggeng, kemudian saya menunggu speetboat Abun Leatherback pada jam 6 pagi, speed sandar di pelabuhan saya masuk kedalam spit bersama sembilan anggota yang lainnya dan kemudian kita mulai bertolak dari pelabuhan perikanan menuju. Untuk mencapai ke daerah tersebut membutuhkan waktu kurang lebih tujuh sampai sembilan jam karena saking lamanya perjalanan saya duduk sampai kepala patok-patok macam ayam (ngantuk), tulang belakang sakit juga  teman tapi asyik hehehehe.. hari ini kami bertolak ke sebuah daerah bernama Jamursba medi. Daerah ayng berjuluk surga penyu.

Rabu, 03 Desember 2014

Anak Kampung Yang Melarat Di Ibu Kota



Seperti pada postingan sebelumnya, tulisan ini juga merupakan hasil latihan dari pelatihan komunikasi #BentaraPapua pada beberapa minggu lalu :)

Oleh: Ian


Blog: Pecintakonservasi.wordpress.com

“Ini adalah trip perjalanan pertama saya. Menyenangkan dan menegangkan”. Itulah awal kata yang tepat untuk menggambarkan trip perjalanan kali itu. Mengapa menyenangkan? Jawabannya karena saat itu merupakan trip perjalanan pertama saya naik pesawat dan menegangkan, karena saya harus berangkat sendiri tanpa harus ada orang yang mamandu perjalanan saya ke ibukota negara.
Bandara Soekarna Hatta yang beroperasi sejak tahun 1985 ini dengan memiliki luas 18 km2 itu kata mbah Google sihh gitu, hehehehe maklum anak kampung jadi semuanya masih tergantung si mbah itu. Kembali ke leptop bandara  itu tadi merupakan bandara yang akan diingat oleh saya selama-lamanya (nyebut selama-lamanya pakai versi biak ya jadinya seeeeellaaaaaamaaaa laaaamaaaanyaaaaaaa..hehehehehehe).
 Awal tujuan saya sih waktu datang ke Jakarta adalah untuk mempresentasikan program Hibah Bina Desa 2014 yang lolos kualifikasi dari beberapa Universitas yang mengikuti program nasional tersebut. Kaget juga sih waktu dengar pengumuman itu ternyata bisa juga yah anak kampung bisa bersaing dengan orang kota. Rasis juga tapi biarin saja namanya juga berkreasi. Program tersebut tadi diadakan oleh LIPI sebagai salah satu lembaga bertaraf nasional yang bergerak di bidang pendidikan. Seru sih , ahhh Cuma ini akan menjadi pekerjaan berat nantinya karena harus mempertanggung jawabkan semua hal yang dibebankan kepada saya dan team dari Universitas Negeri Papua.
Seminggu berlalu akhirnya tanpa terasa proses presentasi berjalan dengan mulus. Yesssss!!!! Time to travelling , tetapi waktu saya tidak banyak. Saya harus segera melapor tiket yang sudah di booking sebelumnya pada jam 8 malam waktu setempat dan ini Ttiba-tiba kepala saya menjadi pusing, kira-kira dikota yang disebut kota megapolitan  ini saya harus kemana ya?
Ehmmmmm dapat ide sepertinya saya harus menginjakkan kaki saya di tempat yang namanya sering disebut banyak orang yaitu Monas alias Monumen Nasional. Seperti apa sih Monas yang biasa disebut orang tadi ?……Akhirnya!!!!! Saya memutuskan mengajak teman semasa SMA di Papua dulu yang juga kuliah di Jakarta namanya Fikar dan Alter  sebagai guide local supaya saya tidak hilang, serasa kayak bule ya? Hahaha nggak apa-apa sekali ini saja, kok malah seperti lagunya Glend F. ya? (kok jadi kayak gini ya cerita tulisannya, ga nyambung, hehehe kata tukul kembali ke leptop.)
“Ohhhh jadi ternyata ini ya yang namanya Monas”. Lumayan sich, kata teman saya kalau malam lebih keren. Kayaknya perlu dibuktikan. Sambil menunggu malam kami memutuskan untuk nongkrong melihat aktifitas orang-orang yang berkunjung di halaman monas yang luas itu, termasuk melihat para ladies yang sedang lari sore,,,,hehehehehe). Wetttsssss…..Tanpa terasa sudah mulai malam lampu sudah dinyalakan….kerennn sich cukup untuk memuaskan treveling saya kali ini. Teman saya sebenarnya sudah mengingatkan saya supaya kita pulang lebih cepat karena mengingat perjalanan ke bandara lumayan jauh, yah tetapi karena asik menikmati pemandangan + Lady’s yah kata saya “ah santai saja perjalanan kesana gampang itu” (Percaya diri).
Wehhhhh sudah jam setengah 8, keasikan sampai lupa waktu itu. Sudah akhirnya kami putuskan bergegas untuk angkat kaki dari lokasi. Kami harus menunggu busway, dan ternyata inilah yang menarik kita lupa kalau jam 8 itu adalah waktu penumpang busway full…mampus sudah 10 busway yang singgah selalu full mana sudah jam setengah 9. Mulai panik dan mulai muncul pernyataan menyesal “adohhhh kenapa tidak dari sore saja pulangnya”. Kondisi tersebut mulai membuat kami terpaksa harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk berdesak-desakan, tetapi sudah jam 9 lewat nih tambah panic lagi!!!). tanpa berfikir panjang mengenai harga dan lain-lain kamipun langsung memutuskan memakai taksi blue bird (sebutan untuk taksi bertaraf sedikit elite dan aman ..andalannn). Ternyata!!!!! masalah belum selesai sampai disitu lagi-lagi MACET!!!!!arggghhhhhhh sepertinya mau maki-maki saja tapi tidak tau mau makinya sama siapa, sudah jam 9 tapi belum sampai ke bandara mana harus ke hotel ambil barang-barang saya (Panik tingkat dewa!!!!!!!). end than Sampai juga di bandara tapi sudah jam 10.15, mampussss masih bisa atau tidak ya?. “Selamat malam, ini mba mau check in? (sambil menyerahkan tiket)” kata mba “ maa pak pesawatnya baru saja take off.” Dengan perasaan menyesal sayapun menjawab “oke mba makasih”
“Ini adalah bencana” kata saya. Sambil berjalan keluar bandara saya pun menelpon teman saya dan untungnya mereka masih berada di areal bandara. kata saya “syukur untung masih ada kalian, asikkkkkk akhirnya tidak jadi gembel….hahahahaha (ketinggalan pesawat baru senang lagi)”.
“Kisah ini masih belum usai, masih ada lagi”. 2 jam telah berlalu dan kita masih belum bergerak angkat kaki dari bandara untuk memikirkan nasib kita ke depan (macam pemerintah saja…hahaha). Akhirnya kita mendapatkan ide untuk menelpon salah satu alumni perikanan “namanya kak Angki” dan akhirnya solusi pun muncul. Kami bergegas pergi ke hotel tempat kak Anggi nginap dengan sisa uang ditangan (sakiiitttt eh). Setibanya kamipun menceritakan pengalaman yang baru saja kami alami dan kak Anggipun cuma tersenyum simpul dan secara spontan kami pun ditanya “kalian sudah makan?”. Pertanyaan itu seakaan membuat kita “sedikit” melupakan semua yang terjadi (ihhhhh sedikit… hina sekali!!!!). “iyaa yah karena kejar waktu sampai laparpun dilupakan (bisa yahhhh?#geleng-geleng kepala)”, kamipun tersenyum dan menjawab pertanyaan kakak tadi. Senyum kami tidak tertahankan lagi ketika ada pertanyaan berikutnya yang ditanyakan kepada kami, “kalian masih punya uang atau tidak?” wooowww terkejut sekali kakak Anggi memang penyelamat kita malam ini (Kak Anggi Is the best). 
http://ksmtour.com/informasi/tips-wisata/tips-anti-ketinggalan-pesawat.html

Keesokan harinya berita menyenangkan pun datang lagi tetapi bukan dari kakak Anggi lagi namun datangnya dari dosen pembimbing saya, “ibu Tresia” namanya. Walaupun sempat diawali marah-marah sih, tp semua itu memang karena salah saya jadi “marah saja ibu, marah saja dia nanti bagus…hahahahaha”. Berita baiknya itu adalah ibu telah langsung membelikan tiket balik walaupun ibu harus merogoh kantong lebih dalam tetapi ibu juga is the best (hehehehehe.. ibu baik sakali ya!!). Pesannya ibu buat saya “mulai besok datang ke bandara jam 5 sore ingat itu”, kata saya “iya ibu siap mulai malam ini saya nginap di Bandara ibu hehehehehehe#lebay”.

Kamis, 27 November 2014

Menginjakkan kaki di Pulau Peynemo



Pengalaman paling terkeren seumur hidup

Ekspedisi saya dan teman-teman UKM KOMPES UNIPA kali ini dalam Rangka Hari Pendidikan Nasional dan Hari Bumi KOMPES berkerjasama dengan Mbrai Project   melakasanakan pemasangan Bioreff dan Pendidikan Lingkungan Pesisir di Raja Ampat. Raja Ampat terdiri dari pulau-pulau yang terletak 50 mil dari Kota Sorong Provinsi Papua Barat. Kepulauan Raja Ampat terletak di ujung “segitiga karang” (coral triangel center) yaitu sebuah kawasan yang mencakup bagian utara  Australia, Filipina, Indonesia, dan Papua New Guinea yang memiliki keanekaragaman biodeversiti yang tinggi. Saya sangat senang karena ini ketiga kalinya saya pergi ke Raja Ampat namun lokasi tujuan kali ini berbeda dari tempat  yang sebelumnya, kali ini yang akan saya dan teman-teman KOMPES kunjungi Kampung Wisata Sawinggrai.
Kami  mengikuti kapal Ngapulu tujuan sorong dengan tiket kelas ekonomi satu orang seharga Rp 150.000,-.

Setibanya di Kota Sorong kami langsung ke Pelabuhan Rakyat untuk melanjutkan perjalanan ke Waisai Ibu kotanya Raja Ampat. Dengan menggunakan kapal Express Bahari dengan harga tiket Rp 120.000 /orang. Tak lupa kedua teman kami yang terlebih dahulu tiba di Kota Sorong  sudah mempersiapkan kebutuhan pokok seperti Bahan Makanan  dan BBM (bahan bakar minyak) untuk nantinya dipakai di lokasi tujuan. Hal yang tak terlupakan kami menahan keberangkatan kapal selama setengah jam untuk menunggu kedua teman kami yang dalam perjalanan menujuh pelabuhan. Menunggu dengan harap-harap cemasJ pada akhirnya mereka pun tiba dan kami semua dapat berangkat bersama-sama. Setelah setengah jam kami tiba di pelabuhan Waisai.

Rabu, 26 November 2014

AIR TERJUN WAR INKABOM MENUJU WISATA BAHARI


Hallo…. Teman-teman, kalian tahu wisata Air Terjun War Inkabom ini kah tidak? Kalau belum tahu, ayo ikuti cerita menarik yang akan saya ceritakan dibahwa ini. Siapa tahu teman-teman suatu hari bisa berkunjung ke wisata air terjun yang saya cerita ini. Ingat teman-teman, saya juga baru pertama sekali lhoo… menikmati Wisata Air Terjun “War Inkabom” ini dan Air terjun ini sangat tinggi dan memberikan kesan yang luar biasa buat saya. 

Perjalanan menuju air terjun War Inkabom
Perjalanan menuju Wisata Air Terjun sangat menyenangkan dan asyik sekali (seperti gambar 1), banyak sekali pesona laut dan hol yang kalian akan menikmati akan dilalui menuju ke Air Terjun “War Inkabom” ini. Jangan lupa bahwa kamera supaya teman-teman dokumentasi flora dan fauna yang ada di Kampung Arefi menuju air terjun. Dokumentasi flora dan fauna serta keindahan alam itu memberikan kenangan terindah  dan bermanfaat bagi diri sendiri dan juga orang lain terinspirasi. Ingat transportasi laut jangan pikir susa-susa, tinggal bilan masyarakat kampung menggunakan Perahu Katinting atau Perahu Motor 15 PK, 20 PK, 50 PK sesuai ketersediaan perahu oleh masyarakat kampung dan tinggal menuju ke Air Terjun “War Inkabom”. Tapi ingat upah untuk pemilik perahu harus diperhatikan juga sebagai rasa menghargai misalnya uang, rokok, pinang dll. Dalam perjalan ini juga membutuhkan BBM (Bahan Bakar Minyak) sekitar 20 liter PP (Pulang-Pergi) mulai dari Kampung Arefi atau Yensawai ke air terjun. Jarak yang kami tempuh mulai dari Kampung Arefi menuju ke Air terjun 8 km dan membutuhkan waktu ± 2 jam menggunakan Perahu Katinting.

Senin, 20 Oktober 2014

Kemah Bentara : Kepemimpinan Sosial & Lingkungan



Pembangunan yang berkelanjutan akan berjalan harmonis jika perencanaannya melibatkan semua pihak, dan pembangunan tersebut akan menjadi lebih bermakna oleh karena keterlibatan masyarakat yang kuat dalam suatu wilayah pembangunan tersebut. Permasalahan demi permasalahan sering terjadi seiring dengan berjalannya pembangunan, namun semua itu dapat berjalan harmonis jika konsep pelestarian lingkungan/konservasi sejalan dengan pembangunan, yang mana lebih dikenal sebagai pembangunan berkelanjutan (sustainable development), maka dengan ini dibutuhkan adanya keterlibatan semua pihak terutama generasi muda dalam mengawal dan mengikuti proses pembangunan yang akan dilakukan.
Berkaca pada pengalaman beberapa pegiat lingkungan, disadari bahwa ketersediaan kaum muda yang peduli pada kerja-kerja pelestarian lingkungan dan pendampingan masyarakat di Papua sangat terbatas. Sehubungan dengan itu, Perkumpulan Bentara Papua yang berdiri pada 13 April 2012 hadir dengan mengusung tujuan Terwujudnya pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam secara adil dan berkelanjutan bagi keberdayaan dan kesejahteraan masyarakat, serta kualitas hidup yang setinggi-tingginya, b) Mewujudkan kondisi lingkungan yang lestari melalui penggalangan dan pengelolaan sumberdaya bagi upaya-upaya pemberdayaan masyarakat, advokasi kebijakan publik, pembelajaran bersama serta mobilisasi dukungan dan partisipasi  para pihak.

Minggu, 05 Januari 2014

Drama Lapangan Miring


Kegemaran bermain sepak bola sedang meraja di kampung Sira. Usai dibuatnya lapangan sepak bola yang digagas kanak - kanak berusia SD di kampung ini, terjadi perubahan yang cukup mencolok di dekat rumah tempat tinggal tim Bentara Papua. Beberapa hari pun berlalu dengan semangat para kanak - kanak untuk terus bermain bola di lapangan miring. Suasana kampung yang sunyi ini berubah menjadi ramai namun hanya di atas bukit di bulan Oktober 2013. Keramaian situasi bermain bola memang meriah, namun di sisi lain telah mengganggu beberapa orang pengguna ruang kecil tempat renungan alias MCK yang sering dipergunakan tim BnP. Hal ini karena salah satu tembok dari lapangan ini adalah dinding bagian belakang  MCK.

Seperti permainan bola yang tidak dapat diprediksi berapa banyak ketepatan gol yang dilesatkan, begitu pula ‘drama’ bola di kampung ini. Kegiatan bermain bola terus berjalan hingga pada suatu sore bergabungnya salah seorang anak muda yang juga berasal dari kampung Sira namun umurnya sudah lebih tua dari bocah-bocah tersebut (anak SMP) yang mengubah warna ‘permainan’ bola. Remaja ini suka bermain bola dan ngefans sama Boas/persipura dan ingin bergabung dan bermain dengan anak - anak SD di lapangan miring.