Selasa, 10 Desember 2013

Mimpi Menjadi Boaz (Persipura)

Boaz Sallosa atau yang akrab dipanggil Boci adalah salah satu ikon sepakbola Tanah Papua saat ini, begitu pula klub yang dibelanya: Persipura. Berawal dari kemenangan Persipura pada ISL 2013 dan telah memiliki gelar bintang  4(****), selanjutnya juga kemenangan persipura (2:1) atas Santoz yang adalah salah satu klub sepak bola dari Brasil; sebagaimana diketahui bahwa saat ini Brazil tengah mempersiapkan diri untuk tuan rumah Piala Dunia 2014.  Kemenangan - kemenangan ini memberikan sebuah kebanggaan bagi banyak orang dan lebihnya menyebabkan banyak fans kepada pemain terbaik ISL 2013 ini dan juga klubnya.

Kekaguman pada Boaz dan Persipura rupanya melekat erat untuk anak – anak kampung Sira di kabupaten Sorong Selatan; lokasi pendampingan Bentara Papua. Seorang bocah berumur 10 tahun yang bernama Marlon Kladit atau akrab dipanggil Manu beserta teman-temannya saking terlalu fans sama persipura, usai menonton dan menyaksikan kemenangan persipura atas FC Santoz dari Brazil, keesokan harinya mereka mengambil bola dan bermain di pinggir rumah tempat tim kami tinggal. Ya apa boleh buat karena tidak ada lapang sehingga mereka harus bermain pada halaman rumah yang ditumbuhi pepohonan dan terlihat sangat sempit dengan pinggiran jurang yang menganga.


Inspirasi bermain bola ini tentu saja bukan tanpa kendala. Ketika mereka mulai bermain, salah seorang teman mereka menendang bola dan beberapa kali terbentur pada kaca jendela rumah. PRAAAAAANG! PROOOOONG! PRAAAAAAANG! Tentu saja mereka ditegur oleh salah seorang rekan saya dan disarankan untuk tidak menendang bola ke arah rumah.

Teguran untuk berhati – hati bermain bola di dekat rumah rupanya tidak menyurutkan niat tim kecil anak –anak kampung Sira ini. Tak tinggal akal, mereka pun memutuskan untuk bermain bola di tempat yang baru. Meskipun demikian,  untuk mendapatkan lapangan yang baru merupakan hal terberat untuk mereka karena kampung Sira adalah kampung yang terletak diatas areal yang berbukit - bukit sehingga susah untuk mendapatkan tempat rata/datar yang bisa dijadikan sebagai tempat bermain bola.

Keesokan harinya setelah mereka pulang sekolah, ‘klub’ mini yang dipimpin oleh Manu ini berjalan mengelilingi kampung Sira yang terletak di atas bukit ini, namun tidak menemukan tempat yang rata. Mereka ingin bermain di tengah jalan cor yang membelah kampung mereka namun tetap terganggu oleh kendaraan yang melewati jalan. Sambil duduk di bawah pohon Kasuari yang berdekatan dengan banyak rumpun nenas, terdengar satu suara yang menyumbangkan ide. Arnold Wagarefe, seorang teman Manu, pun angkat bicara, Teman-teman,  bagaimana kalau torang gali pinggiran gunung (bukit – red)  ini menjadi lapangan untuk torang main bola?” Tidak lama kemudian bocah-bocah lain menyetujui dan mulai berdiri dan mengeluarkan suara “Ayo. Ayooo”. Tak tinggal lama, mereka mulai mengambil cangkul untuk mengali dan membongkar pinggiran gunung itu dan untuk meratakannya menjadi lapangan. Semuanya dikerjakan mereka sendiri dengan alat sederhana serupa cangkul, parang dan sekop.

Coba tebak berapa panjang lapangan ini? Lapangan yang dibuat ini hanya berukuran Panjang 15 meter, sedangkan lebarnya 5 meter hahahahaha. Bukit ini banyak ditumbuhi oleh nenas  dan untuk mendapatkan tempat yang lebih luas maka mereka harus menyingkirkan nenas-nenas ini. Ya apa boleh buat,  karena tempat nenas - nenas itu berada akan dijadikan tempat duduk alias tribun. Selain lokasi tempat nenas berada, pohon singkong karet, bambu, pohon damar dan pohon cempedak juga dijadikan sebagai tempat duduk alias tribun alami. Maksudnya …. Ya nangkring di atas rimbunan pohon.

Setelah beberapa jam mereka bekerja, akhirnya mereka berhasil membuat sebuah lapangan yang letaknya di tepian bukit (jurang). Pada sore harinya, mereka mulai berkumpul di lapangan, selain Kapten Manu, terdapat juga teman - temannya yaitu Ano, Timo, Ofa, fombi dan teman - teman lainnya.  

Well, ingin tahu bagaimana permainan mereka bermula, ikuti saja percakapan singkat saya dan kanak - kanak ini. Tentu saja semuanya dimulai dari saat penentuan nama tim.

Meki      : (menunjuk ke Manu dan teman - temannya) “ Klub yang ini namanya apa?”
Manu Cs   : “Tong Persipura!!!”
Meki          : (menunjuk ke Ofa dan teman - temannya) “ Trus, Klub yang ini namanya apa?”
Manu Cs   : “Tong JUGA Persipura!!!”
Meki      : ???


Iseng - iseng saat itu, saya pun bertanya lagi,
Meki : “trus …. Siapa yang kapten di tim ini?”
Manu : “Boas” (sambil menunjuk dirinya sendiri)
Meki :  “Trus …. Mana yang jadi kiper?”
Manu : “Boaz juga …. (sambil menunjuk temannya si Timo)
Meki : “Trus yang lainnnya ini siapa?” (menunjuk pada anggota tim yang lain)
Anak - anak: “Tong juga BOAZ!!!”
Meki: ???? (HAHAHA)

     Apa boleh buat, rupanya semuanya bermimpi menjadi Boaz. Tidak heran kalau semua ingin menjadi Boaz karena Boaz merupakan pemain terbaik ISL 2013.


***

(Ditulis oleh Melkias Sanyar untuk Bentara Papua - 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar