Boaz Sallosa atau yang akrab dipanggil Boci adalah salah
satu ikon sepakbola Tanah Papua saat ini, begitu pula klub yang dibelanya:
Persipura. Berawal dari kemenangan Persipura pada ISL 2013 dan telah memiliki
gelar bintang 4(****), selanjutnya juga
kemenangan persipura (2:1) atas Santoz yang adalah salah satu klub
sepak bola dari Brasil; sebagaimana diketahui bahwa saat ini Brazil tengah
mempersiapkan diri untuk tuan rumah Piala Dunia 2014. Kemenangan - kemenangan ini memberikan sebuah
kebanggaan bagi banyak orang dan lebihnya menyebabkan banyak fans kepada pemain
terbaik ISL 2013 ini dan juga klubnya.
Kekaguman
pada Boaz dan Persipura rupanya melekat erat
untuk anak – anak kampung Sira di kabupaten Sorong Selatan; lokasi pendampingan
Bentara Papua. Seorang bocah berumur 10 tahun yang bernama Marlon Kladit atau
akrab dipanggil Manu beserta teman-temannya saking
terlalu fans sama persipura, usai menonton dan menyaksikan kemenangan persipura
atas FC Santoz dari Brazil, keesokan harinya mereka mengambil bola dan bermain
di pinggir rumah tempat tim kami tinggal. Ya apa boleh buat karena tidak ada
lapang sehingga mereka harus bermain pada halaman rumah yang ditumbuhi
pepohonan dan terlihat sangat sempit dengan pinggiran jurang yang menganga.
Inspirasi
bermain bola ini tentu saja bukan tanpa kendala. Ketika mereka mulai bermain,
salah seorang teman mereka menendang bola dan beberapa kali terbentur pada kaca
jendela rumah. PRAAAAAANG! PROOOOONG! PRAAAAAAANG! Tentu saja mereka ditegur
oleh salah seorang rekan saya dan disarankan untuk tidak menendang bola ke arah
rumah.
Teguran
untuk berhati – hati bermain bola di dekat rumah rupanya tidak menyurutkan niat
tim kecil anak –anak kampung Sira ini. Tak tinggal akal, mereka pun memutuskan
untuk bermain bola di tempat yang baru. Meskipun demikian, untuk mendapatkan lapangan yang baru merupakan
hal terberat untuk mereka karena kampung Sira adalah kampung yang terletak
diatas areal yang berbukit - bukit sehingga susah untuk mendapatkan tempat rata/datar
yang bisa dijadikan sebagai tempat bermain bola.
Keesokan
harinya setelah mereka pulang sekolah, ‘klub’ mini
yang
dipimpin oleh Manu ini berjalan mengelilingi kampung Sira yang terletak di atas
bukit ini, namun tidak menemukan tempat yang rata. Mereka ingin bermain di tengah
jalan cor yang membelah kampung mereka namun tetap terganggu oleh kendaraan
yang melewati jalan. Sambil duduk di bawah pohon Kasuari yang berdekatan dengan
banyak rumpun nenas, terdengar satu suara yang menyumbangkan ide. Arnold
Wagarefe, seorang teman Manu, pun angkat
bicara, “Teman-teman, bagaimana kalau torang gali pinggiran gunung
(bukit – red) ini menjadi lapangan untuk torang main bola?”
Tidak lama kemudian bocah-bocah lain menyetujui dan mulai berdiri dan mengeluarkan
suara “Ayo. Ayooo”. Tak tinggal lama, mereka mulai mengambil cangkul
untuk mengali dan membongkar pinggiran gunung itu dan untuk meratakannya
menjadi lapangan. Semuanya dikerjakan mereka
sendiri dengan alat sederhana serupa cangkul, parang dan sekop.
Coba tebak berapa panjang lapangan ini? Lapangan
yang dibuat ini hanya berukuran Panjang 15 meter, sedangkan lebarnya 5 meter
hahahahaha. Bukit ini banyak
ditumbuhi oleh nenas dan untuk
mendapatkan tempat yang lebih luas maka mereka harus menyingkirkan nenas-nenas
ini. Ya apa boleh buat, karena tempat nenas - nenas itu berada akan dijadikan tempat duduk alias
tribun. Selain lokasi tempat nenas berada, pohon singkong karet, bambu,
pohon damar dan pohon cempedak juga dijadikan sebagai tempat duduk alias tribun
alami. Maksudnya …. Ya nangkring di atas rimbunan pohon.
Setelah
beberapa jam mereka bekerja, akhirnya mereka berhasil membuat sebuah lapangan yang letaknya di tepian bukit (jurang). Pada sore harinya, mereka mulai berkumpul di lapangan, selain Kapten Manu, terdapat juga teman - temannya
yaitu
Ano, Timo, Ofa, fombi dan teman - teman lainnya.
Well, ingin tahu bagaimana permainan mereka bermula, ikuti saja percakapan
singkat saya dan kanak - kanak ini. Tentu saja semuanya dimulai dari saat
penentuan nama tim.
Meki : (menunjuk ke Manu dan teman - temannya) “
Klub yang ini namanya apa?”
Manu Cs : “Tong
Persipura!!!”
Meki :
(menunjuk ke Ofa dan teman - temannya) “ Trus, Klub yang ini namanya apa?”
Manu Cs : “Tong
JUGA Persipura!!!”
Meki : ???
Iseng -
iseng saat itu, saya pun bertanya lagi,
Meki : “trus …. Siapa
yang kapten di tim ini?”
Manu : “Boas” (sambil
menunjuk dirinya sendiri)
Meki : “Trus …. Mana yang jadi kiper?”
Manu : “Boaz juga
…. (sambil menunjuk temannya si Timo)
Meki : “Trus yang
lainnnya ini siapa?” (menunjuk pada anggota tim yang lain)
Anak - anak: “Tong juga BOAZ!!!”
Meki: ???? (HAHAHA)
Apa boleh buat, rupanya
semuanya bermimpi menjadi Boaz. Tidak
heran kalau semua ingin menjadi Boaz karena Boaz merupakan pemain terbaik ISL
2013.
***
(Ditulis oleh Melkias Sanyar untuk Bentara Papua - 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar